Tingginya angka kehamilan diluar nikah yang terjadi pada remaja dan maraknya seks bebas dikalangan pelajar menjadi sebuah fenomena besar yang memprihatinkan. Bagaimana tidak, anak-anak remaja yang semestinya menjadi tumpuan harapan masa depan malah terjerumus pergaulan sesat seperti ini yang bisa mengakibatkan lenyapnya masa depan yang diimpikan.
Seks bebas merupakan salah satu aktifitas yang dianggap menantang dan mengandung resiko tinggi. Memasuki usia remaja, anak-anak akan cenderung terdorong untuk melakukan hal-hal atau aktifitas beresiko tinggi seperti ini. Mengapa anak-anak remaja gemar sekali melakukan hal-hal yang menantang, bahkan nyaris menyerempet bahaya seperti ini? Bergabung dengan geng motor, tawuran hingga ketertarikan pada dunia seks bebas serta narkotika dan zat terlarang adalah beberapa perilaku yang identik dengan dunia remaja. Hal ini tak lain karena remaja adalah sosok risk taker, individu yang senang melakukan perilaku beresiko.
Menurut Psikolog Klinis dari Kita Dan Buah Hati Foundation, S.Evangeline I.Suaidy, M.Si,Psi, perilaku beresiko (risk taking behaviour) merupakan salah satu perilaku yang berbahaya dalam diri seorang remaja. Remaja menjadi individu yang haus berpetualang, menyukai resiko serta menginginkan hal-hal baru dan menantang. Sesuatu yang dianggap berbeda dari lingkungannya.
“Cognitive style pun berbeda-beda. Ada remaja yang punya banyak pertimbangan, adapula yang sangat impulsif alias terburu-buru. Nah tipe yang impulsif ini yang kelihatannya seperti tidak berpikir. Ia hanya memikirkan saat sekarang tanpa memikirkan 2-3 langkah ke depan,” papar Evangeline. Yang perlu diwaspadai para orangtua adalah jika seorang anak remaja yang kepribadiannya lemah dan memiliki gaya berpikir impulsif, sangat rentan berpotensi menjadi seorang risk taker negatif.
Sesungguhnya risk taking behavior jika bisa dikelola dengan baik bisa diarahkan ke hal-hal positif. Seperti menjadi pecinta alam, menjadi atlit yang gemar berkompetisi, membuat pentas seni dengan tantangan mencari sponsor dana yang besar dan masih banyak lagi. perilaku beresiko ini sangat tergantung dengan kepribadian dan cognitive style (gaya berpikir) masing-masing remaja itu sendiri. Bagaimana ia belajar berpikir dalam memilih dan memutuskan sesuatu.
Elly Risman, Psikolog Yayasan kita dan Buah Hati, menegaskan, kecenderungan seks bebas di kalangan remaja sebenarnya juga tak lebih dari pelampiasan akibat tidak diterimanya kasih sayang yang cukup oleh anak. Orang tua tidak memberikan validitas, yakni perasaan penerimaan dan pengakuan yang utuh terhadap anak. Jika kasih sayang terhadap anak cukup, mereka tidak akan mencari di tempat yang lain dalam bentuk seks bebas dan pornografi. Ketiga, komunikasi yang buruk terbukti dapat merusak otak anak.
Anak perlu merasa dihargai dan menjadikan keluarga sebagai basis yang kuat dalam hidupnya. Seperti membuat bangunan bertingkat, fondasinya tentu tak bisa seadanya. Fondasi keluarga yang kuat dapat menjadi benteng yang kuat bagi anak dalam lingkungan apapun agar dia tidak jatuh.(irm)
Sumber : http://www.kitadanbuahhati.com
Mengapa Remaja Kita Terjerumus Seks Bebas
Terima kasih telah membaca artikel tentang Mengapa Remaja Kita Terjerumus Seks Bebas. Kata Mas Dewa, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya yah..
Blog, Updated at: 02:23
Contoh Blog